Ketidaktahuan Lebih Baik daripada Ketahuan

Chapter 05

Mungkin kita harus mencari tahunya bersama-sama

Santai tapi tulus, dan tentunya berkesan bagi Claudia saat kata-kata tersebut keluar dari mulut Alvaro.

Selama ini gadis tersebut jarang untuk menangani masalah yang tidak diketahuinya. Semua yang dia ingin tahu, harus segera mendapatkan jawaban, dan dia akan menemukannya di rimba internet tempat dia biasanya belajar.

Apa pun yang dia ingin tahu, akan segera mendapatkan jawabannya.

Dia tidak suka dengan rasa penasaran yang sangat mengganggu, bahkan dia tidak akan mau membaca novel atau menonton serial yang tidak jelas alur dan misteri yang tidak masuk akal. Claudia memandang dunia dengan mata yang jelas, sejelas hitam di atas putih.

Tidak penting apakah yang diketahuinya itu merupakan kesatuan kebenaran yang utuh, yang terpenting adalah rasa ingin tahunya terpuaskan.

Berpikir dan mencari tahu adalah hal yang sangat melelahkan, oleh karena itu gadis itu menyerah pada semua informasi yang sudah disediakan dan menerapkan apa pun yang dia ketahui untuk kebaikan manusia.

Tetapi, pemuda yang sedang duduk santai di depannya ini begitu berbeda. Wajah yang terkesan santai, bahkan dia bisa menemukan ekspresi santai itu pada tukang becak yang selalu mangkal di depan sekolahnya dulu, tetapi wajah itu ternyata menyimpan segudang informasi dan sudut pandang yang jauh dari apa yang dia ketahui.

Wajah itu tidak dipenuhi ambisi untuk segera mendapatkan jawaban, dan mengetahui untuk apa jawaban tersebut. Wajah itu adalah wajah seorang petualang, yang bertualang di dunia pikirannya sendiri.

Dia tidak peduli ke arah mana pikiran itu akan menuntunnya, yang terpenting adalah dia menikmati setiap perjalanan yang dia lalui bersama dengan pikirannya sendiri.

“Wew… Aku ga menyangka akan mendengar hal itu” Gumam Claudia pelan.

“Kau bilang apa?” Tanya Alvaro yang tampaknya hanya mendengar gumaman yang tidak begitu jelas dari Claudia. Gadis manis itu tampak sedikit tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

“Enggak, enggak…. Ngomong-omong, bukankah kau kemarin berjanji akan menjelaskan pandanganmu kepadaku tentang buku ini?” Tanya Claudia. Pemuda itu tampak mengangkat alisnya sedikit heran dengan apa yang ditanyakan oleh Claudia sebelum menghela nafas dan menegakkan duduknya, bersiap untuk menjelaskan sesuatu dengan gayanya yang khas.

“Oke, jika kau mendapatkan insight tentang agama mu, maka aku mendapatkan insight tentang bukan hanya tentang agamaku. Karena aku sangat suka dengan sejarah, maka aku mengambil kesimpulan dari semua ini berdasarkan pada bidang ku” Kata Alvaro yang hanya dijawab dengan anggukan pelan oleh Claudia.

“Pertama, mungkin agak membingungkan bila kamu membaca bagian pertama dari buku ini ketika kamu tidak memiliki cukup referensi untuk melihat sejarah bukan?” Tanya Alvaro.

“Yap… Istilah agama yang berbeda dengan Katolik seperti Yahweh dalam Yahudi memang masih ku kenali. Tetapi ada banyak sekali istilah aneh dari mitologi lain tampak sangat asing sehingga aku harus membacanya berulang kali untuk memahaminya” Jawab Claudia singkat. Alvaro tampak tersenyum kecil mendengar jawaban jujur dari Claudia.

“Sekarang mungkin kalian memiliki apa yang disebut dengan semangat toleransi umat beragama sehingga bahkan Katolik, Islam dan Yahudi memiliki pengetahuan yang bisa dikatakan hampir setara. Orang Islam bisa mengerti apa arti Yesus, Ruh Kudus dalam Katolik, meskipun kalian tidak memeluk agama itu dan kemungkinan besar tidak menyembahnya. Tetapi kalian tahu apa yang akan terjadi ketika kalian tidak menyembah Marduk saat di peradaban kuno?” Tanya Alvaro.

“Mungkin akan bernasib sama seperti Abraham” Jawab Claudia.

“Betul. Jika dalam Islam kita akan mendengar kisah dari Ibrahim yang dibakar karena tidak menyembah tuhan kaum Babil. Tetapi hal itu masih bisa dibayangkan. Abraham masih mengerti siapa itu Marduk, sekarang coba bayangkan ada orang dalam kehidupan itu yang bahkan tidak kenal siapa itu Marduk?” Lanjut Alvaro. Kali ini Claudia terdiam.

“Hal itu tidak bisa dibayangkan. Jika saja mesin waktu sudah ditemukan, dan kamu menjelajah babil kuno dan menanyakan apa itu Marduk, entah apa yang akan mereka lakukan kepadamu” Kata Alvaro. Claudia tampak sedikit menunduk malu dengan apa yang dimisalkan oleh Alvaro.

“Tetapi, hal yang paling mencengangkan adalah, saat ini hampir semua orang tidak tahu apa itu Marduk” Gadis itu pun ikut tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Alvaro.

Jika kalian hidup di zaman Yunani kuno, kalian akan tahu dan pasti akan tahu siapa itu Zeus, Poseidon, atau Hades. Jika kalian hidup di Norwegia saat para Viking masih berkuasa kalian pasti akan tahu siapa itu Odin. Mungkin kalian semua tahu itu hanyalah mitologi konyol yang diciptakan oleh para filsuf primitive zaman dahulu dan sekarang dipopulerkan kembali di film Hollywood sehingga kalian mengenalnya.

Bagaimana dengan Marduk? Jika kalian hidup di zaman Abraham, kalian pasti mengenalnya. Orang yang tidak menyembahnya saja bisa dibakar, apalagi orang yang tidak tahu apa itu Marduk. Tetapi, tanpa promosi yang populer dari Hollywood, sekarang bahkan hanya beberapa ahli sejarah saja yang tahu apa itu Marduk.

“Sekarang, apakah bisa kau bayangkan apakah manusia di masa depan akan mengenal Yesus, Ruh suci dll?”

Wow…. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa dia akan memikirkan hal seperti itu

Jika kita berhasil melupakan Marduk yang menjadi Tuhan di sejarah, bukankah mungkin saja orang di masa depan akan melupakan agama yang sekarang menjadi populasi paling besar di dunia ini? Itu bukanlah hal yang mustahil.

“Sebenarnya tidak harus ke masa depan sih, kebanyakan umat non-kristen juga tidak mengenal Yesus dengan baik” Celetuk Claudia yang hanya membuat Alvaro sedikit tersenyum.

“Apakah kau menyindir orang Protestan?” Tanya Alvaro sambil sedikit menyeringai. Claudia hanya tertawa kecil mendengar ucapan Alvaro yang sepertinya tahu apa maksudnya.

“So, kembali kepada Marduk tadi. Orang babil kuno mempercayai bahwa Marduk adalah zat yang menciptakan mereka semua, sedangkan orang Hindu di masa sekarang mempercayai bahwa Brahma adalah yang menciptakan dunia seisinya. Mungkin kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang namanya Marduk dalam babil diberi nama Brahma oleh masyarakat Hindu kuno” Jelas Alvaro yang hanya membuat Claudia mengangguk-angguk.

“Tetapi, saat mendengar suara guntur, orang babil kuno akan mengira bahwa itu merupakan suara kemarahan Marduk kepada umat manusia. Tetapi akan sangat konyol ketika ada orang Hindu yang mengatakan bahwa guntur disebabkan oleh Brahma yang marah kepada umat manusia” Lanjut Alvaro.

“Jika Marduk dan Brahma adalah sesuatu yang sama yang menciptakan alam semesta, apa yang menghalangi Brahma untuk tidak menyebabkan petir saat dia marah sedangkan Marduk bisa?” Tanya Alvaro.

Gadis itu mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Alvaro yang tampaknya sedikit membingungkan tersebut. Apa yang sebenarnya ingin dia katakan?

“Poinnya adalah guntur dan penciptaan merupakan sebuah fenomena yang tidak diketahui oleh manusia kuno sehingga mereka menggunakan nama Marduk untuk menjelaskan fenomena tersebut. Sedangkan orang Hindu modern sudah mengetahui fenomena yang disebut guntur, tetapi mereka masih belum bisa mengerti fenomena penciptaan sehingga menggunakan nama Brahma untuk menjelaskan fenomena tersebut” Jelas Alvaro begitu melihat ekspresi bingung pada wajah Claudia.

“Jadi, kesimpulannya, manusia menggunakan nama Tuhan untuk menjelaskan sesuatu yang tidak mereka ketahui?” Tanya Claudia mencoba untuk menyimpulkan apa yang sedang dijelaskan oleh Alvari barusan. Pemuda itu hanya bisa mengangguk santai dengan kesimpulan yang diambil oleh Claudia.

“Yah… Seperti yang sudah kuduga dari seorang yang bergelut di bidang ilmuwan data. Kau mencoba untuk menyimpulkannya dengan ringkas sehingga mempermudah penyampaian” Kata Alvaro. Claudia kembali bingung dengan pernyataan dari Alvaro yang sepertinya malah meremehkan kemampuan penyimpulan dari seorang ilmuwan data.

“Tidak hanya sesuatu yang tidak diketahui oleh manusia, tetapi juga sesuatu yang menarik emosi untuk mereka” Kata Alvaro. Claudia tampak sedikit bingung dengan apa yang diucapkan oleh Alvaro.

“Akan aku beri sedikit contoh. Misal, kita semua tahu bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena di zaman sekarang tidak akan ada yang bisa hidup sendirian karena secara ekonomi kita saling tergantung satu sama lain. Kita semua tahu itu, tetapi kita tidak bisa menerimanya” Kata Alvaro.

“Manusia tidak bisa menerima bahwa dia tergantung pada orang lain. Kita semua merasa bahwa kita adalah korban dari sistem yang sudah rusak dan seolah dipaksa untuk terus bergantung pada system tersebut. Sebagai seorang pedagang, sebenarnya kita tidak suka jika hasil yang ada tidak berada dalam keputusan kita karena kita tergantung pada pelanggan. Dalam masyarakat kita juga sebenarnya tidak menyukai jika kita harus bekerja sama dengan orang brengsek karena kita membutuhkan mereka untuk tetap hidup” Jelas Alvaro.

“Hal-hal tersebut akan menyakitkan emosi manusia. Dalam hal inilah Tuhan juga ikut mengambil alih. Kamu akan menemukan ajaran Buddha yang mengajarkan untuk terlepas dari harapan, atau penebusan ampunan Yesus dengan kebajikan di Katolik, atau memperbaiki tetangga di dalam Islam”

“Itu semua hanyalah sebuah penghibur bagi emosi manusia yang sebenarnya tidak mau dan tidak suka untuk bekerja sama dengan orang lain, tetapi harus melakukannya karena alasan ekonomi” Jelas Alvaro. Claudia tampak sedikit tersentak dengan ucapan dari Alvaro yang terkesan…. sangat ateistik.

Selama berada di Indonesia, dia tidak pernah menemukan seseorang yang dengan jelas melontarkan argumennya melawan ajaran kebanyakan agama dengan membubuhkan argument yang terlihat logis, tetapi sangat menyakitkan.

Agama dan Tuhan hanyalah sebagai penghibur karena manusia tidak suka untuk bekerja sama dengan orang yang mereka benci? Tetapi mereka harus melakukannya karena alasan ekonomi.

Manusia zaman sekarang tidak dapat hidup sendirian. Karyawan membutuhkan direktur perusahaan untuk menggaji mereka, perusahaan membutuhkan karyawan agar tetap mendapatkan profit. Pedagang membutuhkan pelanggan untuk mendapatkan laba, begitu juga pelanggan yang membutuhkan pedagang untuk barang yang mereka inginkan.

Kebanyakan dari kita enggan untuk mengakui bahwa kita tidak mau dan tidak suka bergantung dan berhubungan dengan orang lain, selain dari orang-orang terdekat kita, meskipun itu merupakan sebuah keharusan karena mereka tidak akan hidup dengan dirinya sendiri.

Manusia menggunakan nama Tuhan untuk menghibur diri mereka dari keterpaksaan itu.

Gadis itu tampak terdiam memikirkan ucapan Alvaro. Dia memang benci untuk mengakui bahwa dengan prestasinya yang segudang itu, dia tidak lepas dari bantuan orang lain. Dia benci mengakui bahwa dia membutuhkan orang lain untuk menjadi dirinya yang sekarang. Dia benci mengakui bahwa kehidupannya yang serba sempurna ini tidak berasal dari usaha dirinya sendiri, tetapi juga merupakan hasil dari orang lain.

Dan saat mendengar argument dari Alvaro, Dia benci mengakui bahwa jika bukan karena ajaran kebajikan dari Katolik, mungkin saja dia tidak akan peduli dengan orang lain seperti dia peduli kepada mereka sekarang.

Sepertinya memang benar, jauh di lubuk hatinya, dia benci dan tidak peduli dengan kebajikan sosial meskipun itu yang membuatnya tetap hidup sampai sekarang. Hanya saja ajaran Katolik membuatnya tetap bertahan untuk melakukan hal tersebut.

“Wow… Sepertinya kau tersinggung dengan argumenku barusan ya” Celetuk Alvaro saat melihat perubahan ekspresi dari Claudia saat mendengarkan opininya.

“Uhm….” Gumam Claudia sedikit gugup.

Apa ekspresiku sejelas itu. Selain itu kenapa dia harus mengucapkannya sih

“Yah… Tidak heran juga. Bukan berarti aku mengecam ajaran kebajikan dari Katolik, hanya sedikit spekulasi yang aku dapatkan setelah membaca buku itu saja. Seperti yang sudah kubilang kan, pendapatku bukanlah kebenaran” Kata Alvaro sambil tersenyum kecil.

“Selain itu, sebenarnya tidak hanya Tuhan, tetapi berbagai macam sistem juga sudah tercipta untuk menghibur manusia dari kenyataan ketergantungan ekonomi tersebut” Kata Alvaro. Claudia pun mengangkat alisnya heran.

“Ada sistem lain?” Tanya Claudia.

“Yap… Kau akan menemukan banyak sekali sistem penghiburan seperti itu dalam kehidupan manusia. Sebenarnya sistem seperti itulah yang membuat manusia menjadi lebih kuat seperti sekarang” Jawab Alvaro. Claudia masih tampak tidak mengerti dengan ucapan Alvaro.

Sistem yang membuat manusia lebih kuat? Bukankah itu menjadi lebih bagus untuk kehidupan manusia? Berarti agama membuat manusia lebih bagus dong?

“Agama dan Tuhan merupakan sistem yang paling baik untuk menghibur manusia, tetapi akan aku berikan sebuah contoh kecil agar kau bisa mengerti sistem penghiburan diri ini secara lebih objektif” Kata Alvaro.

“Perusahaan” Jawab Alvaro singkat saja. Claudia cukup tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Alvaro, dahinya berkerut sejenak sebelum akhirnya ekspresi kerasnya itu mengendur, seolah menerima bahwa apa yang dikatakan Alvaro memang benar.

Organisasi bisnis juga memenuhi kriteria penghiburan diri yang dikatakan oleh Alvaro. Kita semua pasti memiliki teman yang tidak kita sukai, tetapi kita memilih untuk bertahan karena kita benci mengakui bahwa kita tidak bisa hidup tanpa perusahaan tersebut.

Orang dari divisi marketing mungkin saja membenci atasannya, membenci orang dari divisi humas, membenci direkturnya, tetapi dia tetap bekerja sama dengan mereka, memasang senyuman yang entah itu palsu atau tidak, dan tidak lelah setiap hari masuk keluar kantor secara rutin.

Mereka melakukan semua itu, bukan karena apa-apa, tetapi karena menghibur diri mereka yang benci untuk mengakui bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa orang yang mereka benci.

“Sebagai seorang mahasiswa kau bisa menilai kejamnya dunia perusahaan secara objektif dan betapa tidak masuk akalnya perbuatan mereka. Karena kau masih belum menjadi bagian dari sistem mereka” Jelas Alvaro.

“Berbeda dengan perusahaan, meskipun mereka memiliki sistem yang sama, agama membuat penilaian kita kabur karena kita merupakan sebuah sistem dalam agama. Kau menjadi tidak mengerti apa motivasimu untuk melakukan semua kebajikan yang disarankan oleh agamamu, karena kau selama ini selalu dan selalu mengerjakannya seperti karyawan yang setiap hari pergi bekerja” Lanjut Alvaro.

“Hanya saja agama menawarkan kepadamu hal yang paling dibutuhkan oleh manusia. Suatu kepastian tentang hal yang tidak mereka ketahui seperti kenapa kita diciptakan dan bahkan bisa menjelaskan hal-hal yang belum kita ketahui hanya dengan mengatakan kehendak Tuhan. Hal inilah yang membuat agama lebih berpengaruh dibanding perusahaan, dan jarang sekali ada orang yang berpindah agama dibanding dengan berpindah perusahaan” Lanjut Alvaro.

“Dan kau adalah salah satunya” Celetuk Claudia. Alvaro tampak memandang gadis tersebut dnegan tatapan yang sedikit heran sebelum akhirnya tersenyum kecil.

“Ah… Jadi menurutmu setelah aku membaca buku ini lalu aku menjadi orang yang tidak bertuhan gitu?” Tanya Alvaro sambil sedikit menahan senyumannya yang akan melebar.

“Lah… Memangnya tidak? Bukankah ada jati diri yang dicuri oleh buku ini dari dirimu?” Tanya Claudia tampak sedikit heran melihat Alvaro yang sepertinya menjadi plin plan tersebut.

“Memangnya agama termasuk jati diri ku?” Tanya Alvaro yang hanya dijawab dengan tatapan ingin tahu dari Claudia.

“Yah…. Suatu saat mungkin kau akan tahu apa yang diambil oleh buku ini dari diriku, tetapi aku benar-benar senang jika kau berhasil bertahan pada prinsip kebajikan Katolik milikmu ini daripada harus mengikuti buku yang baru saja kau baca” Ucapan Alvaro tadi tampaknya sedikit menganggu Claudia.

Bukankah beberapa waktu yang lalu dia mencela bahwa orang Katolik adalah orang yang jahat karena telah mengorbankan para ilmuwan dan menenggelamkan Eropa menuju abad kegelapan?

Kenapa sekarang dia tiba-tiba saja mengatakan bahwa dia akan senang ketika aku bertahan pada prinsip kebajikan Katolik ini?

“Bukankah kau meminjamkanku buku ini agar aku bisa melepaskan jati diri Katolik milikku?” Tanya Claudia yang hanya dijawab dengan tatapan terkejut sekaligus heran dari Alvaro.

“Hei, hei, hei… Aku tidak sejauh itu menjadi seekor domba yang tersesat. Kenapa kamu berpikiran sejauh itu? Apa aku memang terlihat seperti seseorang yang tersesat menurutmu?” Kata Alvaro yang tampaknya tidak terima bila dia dicap sebagai domba yang paling tersesat.

“Yah, memang terlihat seperti itu sih. Lagipula siapa juga orang yang begitu datang langsung mencela agama orang lain dengan mengungkapkan keburukan agama di masa lalu” Sahut Claudia.

“Itu adalah hal yang kau lakukan tempo hari, bahkan tanpa ada dasar fakta yang jelas” Ucapan Alvaro menonjok Claudia tepat di mukanya.

Dia sadar bahwa saat dia bertemu Alvaro beberapa hari yang lalu, dia pernah mencela agama Buddha dan juga Islam, bahkan tanpa menjelaskan apa fakta yang mendasarinya untuk mencela dua agama tersebut.

“Sekarang, setelah kau mengungkapkan kesalahan dan kebusukan dalam sejarah agama Katolik, kenapa kau masih senang jika aku harus mempertahankan kebajikan Katolik?” Tanya Claudia. Alvaro hanya memandang Claudia dengan tatapan heran. Beberapa saat kemudian mata hitamnya pun tertutup dengan sebuah helaan nafas panjang, seolah lelah harus menjelaskan hal ini kepadanya.

“Apa yang kau harapkan ketika kau melepaskan prinsip kebajikan Katolik milikmu?” Tanya Alvaro sambil membuka matanya.

“Bukankah kau selama ini menjadi seseorang yang berjasa di masyarakat karena prinsip kebajikan itu? Jika kau melepasnya sekarang hanya karena petuah bodoh dari buku yang dipinjamkan oleh seekor domba tersesat sepertiku, apa yang kau harapkan dariku?”

“Tidak peduli, apa pun tujuanmu dalam kehidupan ini, selama kau melakukan semua proses yang bermanfaat bagi umat manusia, that’s good, artinya kehidupanmu bermakna bagi manusia. Percuma jika kau menginginkan tujuan yang bagus tetapi kau melakukan proses yang menghancurkan umat manusia, memangnya kamu mau hidup sendirian di dunia ini?”

“Dasar….”

Chapter Sebelumnya | Daftar Isi | Chapter Selanjutnya