Epilog

Karma’s POV
11 September 2021

“Aku… Masih menyukaimu” Kataku kepada seorang gadis kecil yang sedang menatapku dengan wajah kebingungan di depanku.

“Ha… Maksudnya pak?” Tanyanya sambil tetap menatapku dengan wajah yang penuh dengan kebingungan. Aku pun hanya bisa mengangkat bahuku mendengar ucapannya. Aku sudah merencanakan bahwa semua ini akan berlangsung singkat, tidak sampai lima menit bagiku untuk bisa memutuskan apa yang akan aku lakukan setelah ini, tetapi tampaknya gadis yang berada di depanku ini masih belum mengerti apa maksudku.

“Ya, aku masih menyukaimu, Intan. Bagaimana menurutmu?” Tanyaku langsung ke intinya saja.

“Biasa saja” Jawabnya dengan nada enteng. Aku pun menarik sudut bibirku membentuk seulas senyuman lemah ketika mendengar jawaban tersebut.

Sudah diputuskan, bukan?

Aku pun mempersilahkannya untuk segera meninggalkan kantor begitu aku melihat ketua asrama sedang berjalan menuju ke arah kantor untuk melakukan urusannya. Dia pun pamit dengan wajah kebingungan seolah tidak menyangka bahwa aku akan mengatakan hal tersebut. Dan aku memang tidak menyangka bahwa aku akan mengatakan hal tersebut kepada muridku sendiri.

Kembali aku ingat beberapa waktu yang lalu sebelum aku mendengar pendapat dari Maria bahwa kemungkinan besar aku mengidap NPD atau Narcissistic Personality Disorder. Aku pernah membaca sebuah artikel bahwa seorang yang mengidap NPD tidak akan bisa menemukan cinta apa pun dalam kehidupannya. Hubungan mereka akan selalu berantakan dengan semua kesalahan yang selalu berada pada pasangan mereka. Mereka tidak pernah merasa bersalah karena telah memutuskan hubungan dan selalu merasa bahwa pasangan mereka yang akan merasa rugi karena telah memutuskan mereka.

Seluruh kehidupan mereka berpusat pada diri mereka sendiri, dan ketika semuanya tidak sesuai dengan keinginan mereka maka mereka akan menyalahkan orang lain yang membuat diri mereka berantakan.

Aku sangat kesal jika memikirkannya, tetapi kemungkinan besar seperti itulah diriku yang dulu.

Aku selalu merasa bahwa diriku adalah orang yang baik. Aku memperlakukan perempuan dengan sangat baik sekali, meskipun aku tidak pernah memperlakukan diriku dengan baik. Aku menyukai banyak sekali perempuan, membantu mereka untuk menyenangkan hati mereka, dan terkadang malah memaksa untuk memberikan apa yang mereka mau hanya untuk menunjukkan pada mereka bahwa aku sudah bekerja keras.

Ketika mereka menolakku dengan cara yang halus maupun dengan terang-terangan, aku akan segera mengatakan kepada mereka bahwa aku sudah benar-benar bekerja keras tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang kuinginkan. Dan aku menyalahkan mereka atas semua hal yang sudah aku lakukan, meskipun mereka tidak pernah memintanya.

Benar-benar bodoh, bukan?

Aku yang kerja sendiri, memiliki hasil, menggunakannya untuk kesenangan orang lain, dan kemudian ketika mereka menolakku aku marah-marah karena merasa hasil kerja kerasku tidak mereka hargai. Memangnya dunia ini harus selalu melihat kerja kerasku? Memangnya dunia bisa berhenti ketika aku berhenti untuk bekerja keras? Dan memangnya dunia adalah satu-satunya hal yang bisa disalahkan ketika aku tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kuinginkan?

Waktu SMP aku pernah menyukai salah seorang temanku, dan aku berusaha untuk menjadi yang terbaik baginya dengan berusaha untuk meraih juara lomba tingkat nasional. Meskipun begitu, dia tidak melirikku dan malah mencari seorang hidung belang dari kelas sebelah hanya untuk merasakan sakit hati yang mendalam setelah dia berpacaran dengannya selama satu minggu.

Siapa yang bodoh? Tentu saja dia karena tidak pernah melirikku.

Siapa yang lebih bodoh daripada dia? Tentu saja aku yang berharap bahwa dia menyadari kebodohannya hanya karena aku sudah bekerja keras untuknya. Memangnya siapa diriku yang bisa menyadarkan apa yang mereka lakukan hanya dengan kerja kerasku?

Hanya seorang NPD yang mengira bahwa kerja kerasnya benar-benar menimbulkan efek yang begitu besar kepada dunia di sekitarnya. Terkadang kita juga harus menyadari bahwa kerja keras kita terkadang itu sia-sia.

Sudah lama aku mengalami hal ini. Merasa bahwa hanya aku sendiri yang bekerja keras untuk mempertahankan sebuah hubungan padahal faktanya aku hanya ingin menghibur diri dengan merasa bahwa aku mengontrol hubungan tersebut dengan bekerja lebih keras lagi. Bekerja keras hanya untuk bisa diterima oleh orang lain, dan saat orang tersebut tidak bisa menerimaku, aku akan marah karena mereka tidak bisa menghargai kerja kerasku.

Ini seperti kita sedang memakai topeng, tetapi kita tidak sadar bahwa kita sedang memakai topeng.

Aku selalu memakai topengku sebagai seseorang yang bekerja keras hanya untuk diakui, tetapi aku tidak mau mengakui bahwa di dalam topeng tersebut aku bekerja keras untuk menarik perhatian orang lain. Aku masih merasa bahwa diriku yang bekerja keras adalah diriku yang asli, bukan orang dengan topeng yang mencoba menarik perhatian orang lain.

Tapi… Aku tidak pernah merasa seperti itu ketika aku menyukaimu.

Pelan-pelan aku mulai menyadari bahwa selama ini aku hanya memakai topeng pekerja kerasku untuk menarik perhatian orang yang kusuka. Dan aku mulai berusaha untuk melepaskan topeng tersebut untuk mengenali diriku sendiri selama ini. Aku mulai melepaskan topeng yang kugunakan untuk menarik perhatian dan mencoba untuk menjadi apa yang aku inginkan, bukan apa yang ingin dilihat orang dariku.

Mungkin dulu aku merasa menjadi guru yang paling dekat dengan murid, paling bisa mengerti keadaan murid, dan mungkin saja paling bisa dimanfaatkan oleh para murid. Tapi sekarang aku sadar bahwa tujuanku sebenarnya bukanlah menjadi guru yang baik, tetapi hanya menjadi guru yang menarik perhatian para murid.

Aku memakai topeng untuk menarik perhatian para murid.

Awalnya aku tidak pernah merasakan topeng tersebut. Aku hanya mengira bahwa aku ingin menjadi guru yang baik, ingin melihat murid-muridku tumbuh dan berkembang dengan baik bersamaku, dalam pengawasanku, dan dalam kontrolku. Aku merasa bahwa diriku selalu berusaha menjadi guru yang baik dengan niat yang tulus.

Tapi saat aku mulai menyukaimu, aku mulai merasakan topeng tersebut. Aku mulai marah ketika kerja kerasku menjadi seorang guru yang baik tidak dihargai oleh muridku sendiri. Aku mulai marah ketika mereka membalas perbuatan baikku dengan perbuatan aneh mereka. Aku mulai marah ketika mereka berpaling dari diriku. Padahal aku sudah bekerja keras.

Apakah niatku memang tulus ingin menjadi guru yang baik? Ataukah aku hanya ingin menarik perhatian mereka sehingga aku merasa marah ketika niatku tidak berhasil?

Aku pun mulai menyadari topeng niat tersebut saat aku menyukaimu. Aku mulai menyadari bahwa aku bertindak baik hanya untuk menarik perhatian muridku. Aku mulai menyadari bahwa sebenarnya aku memiliki keinginan sendiri daripada harus menuruti apa kata muridku sampai aku merasa kecewa ketika mereka tidak menjadi yang aku harapkan.

Dan sekarang… aku merasa bahwa aku harus melepas topeng tersebut dan menjadi diriku sendiri.

Aku tahu mungkin kalian semua tidak akan menyukai diriku yang sama sekali berbeda saat ini. Cuek, dingin, terlalu tidak sabar, sarkasme, dan terkadang mementingkan dirinya sendiri. Aku juga tidak berharap kalian akan menyukaiku dengan segala macam perubahanku mulai dari sekarang.

Aku tidak ingin lagi merasa kecewa karena aku bekerja keras dengan memakai topeng hanya untuk menarik perhatian kalian semua. Jika harus kecewa, aku lebih memilih kecewa karena aku menjadi diriku sendiri daripada aku kecewa karena aku memakai topeng untuk menarik perhatian kalian.

Sekarang… meskipun aku kecewa karena kau telah menolakku, aku tetap bahagia, karena aku bisa berubah. Aku bisa mendorong diriku untuk melepaskan topeng tersebut dan menjadi diri yang aku inginkan.

Aku puas karena sekarang aku bisa mendorong diriku untuk berolahraga dengan teratur.

Aku puas karena sekarang aku bisa mendorong diriku untuk lebih bersemangat dalam beribadah.

Aku puas karena sekarang aku bisa mendorong diriku untuk terus berubah dalam hal kecil sekalipun.

Aku puas karena sekarang aku bisa menerima diriku ditolak meskipun aku sudah bekerja keras.

Aku puas karena sekarang aku bisa melakukan hal yang aku suka tanpa mengharapkan sesuatu dari orang lain

Dan juga…

Aku benar-benar puas karena aku bisa menyukaimu dan kamu bisa membantuku melepaskan topengku.